Minggu, 08 Desember 2013

Ku petik ku putik bunga

Dan terantuk ku anak lebah yang mengamuk
Kusadar rasa ku pada mu yang juga berkecamuk
Pedih hati ku rasa tercambmuk
Mengingat tabiat mu yang kadang buruk


Ego mu yang kau iyakan
Angkuh mu yang kau anggukkan
Amarh mu yang tak terarahkan
Pada ku akhir nya kau lampiaskan


Bingung smuanya akhir nya tak terpikirkan
Menuruti mau mu yang belum bisa ku turutkan
Hancur ku rasa perasaan
Apa ini harus ku acuhkan??


Kata mu yang sering mengancam
Buat hati ku rasa di tikam
Seperti kain yang mulai kusam
Ku rasa suasana makin mencekam


Kadang ingin ku pertanyakan
Apakah setan yang kau perturutkan
Membawa ku juga pada kesesatan
Berdua kita masuk neraka jahannam
Duhai wanita pujaan


Rencana.,,,,,

Berubah jadi bencana ,,yang tidak akan bisa dicerna,,
Dan semakin membuat aku terpana
Menyaksikan orang – orang durjana tertawa dengan pipi yang merona
Karena dosa yang berwarna dan bukan dianggap noda,,,


Aku tertawa ikut terbawa,,
Dalam dunia hampa tanpa hawa


Aku benar-benar mati,,,,


Pagi menjelang,,menyadarkan disiang aku pasti terpanggang,,
Sore pun datang sebentar lagi malam akan terasa panjang
Tenang ku hilang,, ku lihat resah mulai terpampang
Mendapati tubuh ku yang bertelanjang
Menghadapi dosa yang tak terhalang


aku takut mampus,,,
seperti ikan yang di kukus diatas api yang memberangus
tiada kata yang cukup bagus
untuk menutup dosa yang terbungkus,,,,


aku benar-benar mati,,,


Cick cick cick,,,

Suara air berdecik,,,


Ccak,,ccak,,ccak,,,
Suara cecak pun terdengar kocak,,,


Ccok,,,ccok,,,ccok,,,
Aku orang batak di panggil nya ucok,,,


Ccek,,,,ccek,,,,ccek,,,,
Kenapa telepon ku kau reject,,,


Ccuk,,,,,ccuk,,,,,ccuk,,,,,
Semoga kau terbujuk,,,,,


Kau dusta, aku setia

Kau jujur, aku merasa mujur


Aku takut belati menusuk hati ku yang kalut
Aku takut
Terasa katamu yang mulai kusut


Bohong,,terasa otak mu mulai kosong
Ingkar, ku rasa hati mu tak bersinar


Muja-muji, untuk apa janji-janji
Bolak-balik, untuk apa berbisik-bisik
Kata-kata terasa seperti petaka
Sumpah pun terasa seperti sampah


Terbiasa aku menerima yang biasa
Binasa aku menerima yang luarbiasa


Merasa gunung bisa ku ratakan
Merasa laut bisa ku keringkan
Ku sadar diri aku kau hinakan
Ku cecar akal ku yang kau dangkalkan


Tinggi angan ku rancangkan
Rendah nyata yang ku hasilkan
Untuk apa ku pikirkan
Aku berjalan
Kau memalingkan


Untuk apa ku berfikir
Tentang rasa yang kau beri pun terasa kikir


Untuk apa ku berkoar
Setiap kata yang kluar pun kau bilang sumbar


Untuk apa ku mengemis
Matipun aku kau tidak manangis


Kumpulan Puisi >> Puisi Persahabatan >> Puisi Patah Hati >> Puisi Romantis >> Puisi Rindu >> Puisi Sahabat >> Puisi Ibu >> Puisi Lucu >> Puisi Sakit Hati >> Puisi Perpisahan >> Puisi Putus Cinta >> Puisi Sedih >> Puisi Bahasa Inggris >> Puisi Sunda >> Puisi Cinta Kahlil Gibran >> Puisi Harapan >> Puisi Kehidupan >> Puisi Kangen >> Puisi Humor >> Puisi Gombal >> Puisi Jatuh Cinta >> Puisi Hujan

Categories: , ,

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!