Ku petik ku putik bunga Dan terantuk ku anak lebah yang mengamuk Kusadar rasa ku pada mu yang juga berkecamuk Pedih hati ku rasa tercambmuk Mengingat tabiat mu yang kadang buruk Ego mu yang kau iyakan Angkuh mu yang kau anggukkan Amarh mu yang tak terarahkan Pada ku akhir nya kau lampiaskan Bingung smuanya akhir nya tak terpikirkan Menuruti mau mu yang belum bisa ku turutkan Hancur ku rasa perasaan Apa ini harus ku acuhkan?? Kata mu yang sering mengancam Buat hati ku rasa di tikam Seperti kain yang mulai kusam Ku rasa suasana makin mencekam Kadang ingin ku pertanyakan Apakah setan yang kau perturutkan Membawa ku juga pada kesesatan Berdua kita masuk neraka jahannam Duhai wanita pujaan Rencana.,,,,, Berubah jadi bencana ,,yang tidak akan bisa dicerna,, Dan semakin membuat aku terpana Menyaksikan orang – orang durjana tertawa dengan pipi yang merona Karena dosa yang berwarna dan bukan dianggap noda,,, Aku tertawa ikut terbawa,, Dalam dunia hampa tanpa hawa Aku benar-benar mati,,,, Pagi menjelang,,menyadarkan disiang aku pasti terpanggang,, Sore pun datang sebentar lagi malam akan terasa panjang Tenang ku hilang,, ku lihat resah mulai terpampang Mendapati tubuh ku yang bertelanjang Menghadapi dosa yang tak terhalang aku takut mampus,,, seperti ikan yang di kukus diatas api yang memberangus tiada kata yang cukup bagus untuk menutup dosa yang terbungkus,,,, aku benar-benar mati,,, Cick cick cick,,, Suara air berdecik,,, Ccak,,ccak,,ccak,,, Suara cecak pun terdengar kocak,,, Ccok,,,ccok,,,ccok,,, Aku orang batak di panggil nya ucok,,, Ccek,,,,ccek,,,,ccek,,,, Kenapa telepon ku kau reject,,, Ccuk,,,,,ccuk,,,,,ccuk,,,,, Semoga kau terbujuk,,,,, Kau dusta, aku setia Kau jujur, aku merasa mujur Aku takut belati menusuk hati ku yang kalut Aku takut Terasa katamu yang mulai kusut Bohong,,terasa otak mu mulai kosong Ingkar, ku rasa hati mu tak bersinar Muja-muji, untuk apa janji-janji Bolak-balik, untuk apa berbisik-bisik Kata-kata terasa seperti petaka Sumpah pun terasa seperti sampah Terbiasa aku menerima yang biasa Binasa aku menerima yang luarbiasa Merasa gunung bisa ku ratakan Merasa laut bisa ku keringkan Ku sadar diri aku kau hinakan Ku cecar akal ku yang kau dangkalkan Tinggi angan ku rancangkan Rendah nyata yang ku hasilkan Untuk apa ku pikirkan Aku berjalan Kau memalingkan Untuk apa ku berfikir Tentang rasa yang kau beri pun terasa kikir Untuk apa ku berkoar Setiap kata yang kluar pun kau bilang sumbar Untuk apa ku mengemis Matipun aku kau tidak manangis |
Kumpulan Puisi >> Puisi Persahabatan >> Puisi Patah Hati >> Puisi Romantis >> Puisi Rindu >> Puisi Sahabat >> Puisi Ibu >> Puisi Lucu >> Puisi Sakit Hati >> Puisi Perpisahan >> Puisi Putus Cinta >> Puisi Sedih >> Puisi Bahasa Inggris >> Puisi Sunda >> Puisi Cinta Kahlil Gibran >> Puisi Harapan >> Puisi Kehidupan >> Puisi Kangen >> Puisi Humor >> Puisi Gombal >> Puisi Jatuh Cinta >> Puisi Hujan
0 komentar:
Posting Komentar